Pencak Silat PSHW: Persaudaraan, Jiwa Ksatria, dan Warisan Budaya
Disusun oleh: Siti Susilowati P
Nim: 2320053
Abstrak
Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Winongo (PSHW) merupakan salah satu aliran silat tradisional yang berasal dari Kota Madiun, Jawa Timur. PSHW berakar dari ajaran Setia Hati asli yang mengedepankan persaudaraan, keteguhan hati, dan kekuatan lahir batin. Artikel ini mengulas sejarah berdirinya PSHW, nilai-nilai luhur yang diajarkan, struktur latihan dan tingkatan, hingga peran penting perguruan ini dalam dunia pencak silat di Indonesia.
Pendahuluan
Indonesia dikenal sebagai negeri yang kaya akan budaya dan tradisi, termasuk seni bela diri tradisional seperti pencak silat. Salah satu perguruan silat yang memiliki sejarah panjang dan basis massa yang besar adalah Persaudaraan Setia Hati Winongo (PSHW). Dengan semboyan "Setia Hati Menjadikan Manusia Berbudi Luhur", PSHW hadir sebagai wadah pengembangan diri lahir dan batin, bukan hanya untuk menjadi petarung, tapi juga insan berkarakter luhur.
Latar Belakang
PSHW merupakan kelanjutan dari ajaran Setia Hati asli yang dirintis oleh Ki Ngabehi Soerodiwirjo pada awal abad ke-20. Setelah mengalami pemekaran, salah satu jalurnya berkembang menjadi Setia Hati Winongo, yang bermarkas di Winongo, Madiun.
Pendiri PSHW adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo, seorang tokoh pejuang kemerdekaan dan murid langsung dari Ki Ngabehi Soerodiwirjo. Beliau mendirikan PSHW sebagai bentuk pengembangan ajaran Setia Hati agar lebih terorganisasi dan bisa diwariskan secara sistematis ke generasi berikutnya.
Pembahasan
1. Filosofi dan Nilai-nilai PSHW
PSHW tidak hanya mengajarkan teknik silat, tetapi juga membina mental, moral, dan spiritual anggotanya. Nilai-nilai yang dijunjung tinggi antara lain:
- Persaudaraan sejati antaranggota tanpa membedakan suku, agama, dan status sosial
- Berbudi luhur dan rendah hati
- Menghindari permusuhan dan tidak menyalahgunakan ilmu
- Kesetiaan dan kejujuran
Motto PSHW:
“Setia Hati Menjadikan Manusia Berbudi Luhur”
2. Teknik dan Sistem Latihan
PSHW memiliki sistem latihan yang terstruktur, mulai dari dasar hingga tingkat pendekar. Latihan meliputi:
- Pencak tangan kosong (jurus dan langkah)
- Pertahanan diri dan teknik bela diri jarak dekat
- Latihan tenaga dalam dan olah napas
- Penguatan mental dan kepribadian
Tingkatan dalam PSHW:
1. Siswa baru
2. Kader
3. Pendekar muda
4. Pendekar penuh
Sebelum naik tingkat, siswa mengikuti berbagai ujian yang menguji fisik, mental, dan penguasaan nilai-nilai SH.
3. Struktur Organisasi dan Kegiatan Sosial
PSHW memiliki struktur organisasi yang rapi, mulai dari pusat hingga ranting-ranting di seluruh Indonesia bahkan luar negeri. Kegiatan mereka tidak hanya latihan silat, tetapi juga:
- Bakti sosial
- Pelatihan karakter pemuda
- Pengamanan masyarakat (pengganti satpam di beberapa daerah)
- Kegiatan keagamaan dan budaya
PSHW juga aktif dalam turnamen silat, baik regional, nasional, maupun internasional melalui afiliasi dengan IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia).
4. Peran dan Eksistensi di Era Modern
Hingga kini, PSHW terus berkembang dan memiliki jutaan anggota di seluruh Indonesia. Dengan pusat pelatihan di Madiun, setiap tahun PSHW menyelenggarakan Pengesahan Warga Baru dalam jumlah besar yang menjadi bukti eksistensi dan semangat persaudaraan yang kuat.
PSHW juga hadir sebagai salah satu kekuatan moral masyarakat, terutama dalam membina generasi muda agar memiliki kepribadian yang kuat, mandiri, dan bermoral.
Kesimpulan
Pencak Silat PSHW bukan sekadar olahraga bela diri, tetapi merupakan warisan budaya yang membentuk kepribadian luhur. Dengan sistem yang terstruktur dan nilai-nilai yang dalam, PSHW membuktikan dirinya sebagai perguruan yang mampu melahirkan pendekar sejati: kuat secara fisik, bersih secara hati, dan bijak dalam tindakan. Keberadaan PSHW merupakan aset bangsa yang harus terus dijaga dan dilestarikan.
0 Komentar